GARUT, Kilas24 - Hubungan Indonesia dengan negara tetangga Malaysia kembali memanas. Diketahui, kapal perang dari negara tersebut kembali memasuki perairan RI. Hal itu harus ditanggapi serius oleh pemerintah.
Pengamat Hubungan Internasional Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah, mengatakan Indonesia baiknya harus terlebih dahulu satu suara dalam menyimpulkan tindakan Malaysia. Jangan sampai antara pemerintah dan legislatif serta TNI memberi pernyataan yang saling berseberangan. Dengan begitu, posisi diplomasi Indonesia bisa kuat.
"Pada saat kita mengatakan, Malaysia itu melanggar atau enggak, syarat pertama adalah birokrasi kita agar satu suara. Baru kritik kita itu didengar Malaysia," tutur Teuku Rezasyah saat dihubungi wartawan republika, Selasa (16/6).
Selanjutnya, kata Teuku, Indonesia wajib memiliki bukti kuat terkait indikasi pelanggaran perbatasan oleh militer Malaysia. Bukti itu bisa diperoleh dari foto citra satelit pada saat peristiwa tersebut terjadi. Kemudian diperkuat oleh catatan pantauan dari TNI AL yang berjaga di lokasi tersebut.
Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal Moeldoko sempat menyebut bahwa Malaysia telah melanggar perjanjian batas perairan Indonesia-Malaysia di wilayah Kalimantan Utara, terutama kawasan Ambalat. Ketegangan hubungan kedua negara ini terjadi untuk kesekian kalinya.
Dilaporkan, Sepanjang tahun 2015 ini ada sembilan kapal perang Malaysia yang masuk secara ilegal ke wilayah Ambalat. Malaysia mengklaim Ambalat bagian dari wilayah mereka.
--
K24 ' Kilas24 - Republika
0 Komentar